Sabtu, 24 November 2012

KONTROVERSI SOSOK HACKER



Sosok hacker memang banyak menuai kontroversi, adapun makna hacker itu sendiri bisa bermacam-macam, sesuai perubahan zaman, dengan mengetahui dua sisi hacker, yaitu sisi pertama adalah mereka yang menggunakan kemampuan teknisnya untuk mengembangkan dunia teknologi informasi dengan sistem komputer, kelompok ini kerap disebut dengan istilah white-hat hackers. Sedangkan di sisi lain adalah mereka yang menggunakan kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu yang melanggar batas-batas norma dan etika.
Inilah kelompok black-hat hackers, kelompok yang sangat dekat dengan kejahatan elekronik.
Namun, sebenarnya dunia hacker tidak bisa dilihat hanya dari sisi hitam ataupun putih, istilah white-hat dan black hat tidak bisa jadi harga mati. Umumnya seorang yang bergerak di bidang komputer dan gemar melakukan kreasi dan eksperimen, terutama di bidang keamanan komputer, lebih cocok dimasukkan dalam golongan grayhat hackers atau biasa disebut hacker topi kelabu. Karena itu banyak sudut pandang yang dapat dilihat dari sosok hacker secara utuh dan memahaminya tanpa prasangka lagi. Bahkan etos hacker sebenarnya merupakan sesuatu yang layak untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, selama koridor etikanya dipenuhi. Mendefinisikan hacker sebenarnya bagaikan mencoba membuat semua orang tersenyum pada saat yang sama, dimana sebuah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan dengan satu cara saja. Itu sebabnya tak pernah ada hanya satu definisi untuk sosok hacker. Definisi hacker umumnya terkait dengan kemampuan teknis, kesukaan untuk menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu serta melampai batasan-batasan yang ada, baik dalam diri sendiri maupun dari lingkungan kehidupan seharihari.
Dalam kamus yang lebih banyak dimengerti orang awam, karena ditegaskan penggunaannya oleh media massa, hacker diartikan sebagai penjahat yang menggunakan perangkat sistem komputer (cybercrime). Asal-usul kata hacker mungkin tak ada kaitannya dengan kejahatan, tetapi fakta di masyarakat serta opini public bahwa istilah hacker telah begitu terkait dengan kejahatan, sehingga orang lebih mudah menyebut hacker adalah seorang penjahat yang menggunakan kemampuan komputer daripada istilah lain. Adapun dalam komunitas hacker, hacker yang bukanlah sebagai penjahat, melainkan istilah penjahat komputer disosialisasikan dengan sebutan cracker. Menurut mereka perbedaannya sederhana, hacker membuat sesuatu, sedangkan cracker menghancurkan atau merusaknya.
Lebih lanjut dalam sosok seorang yang diakui sebagai hacker, baik dalam arti baik maupun buruk, selalu seseorang yang memiliki kemampuan ‘menakjubkan’ bagaikan ahli-ahli kungfu dan ahli berperang dalam ceritacerita silat dari mandarin, seorang hacker dengan kemampuan tertinggi biasanya justru tidak sesumbar. Hacker paling tidak harus menguasai lebih dari satu bahasa pemrograman, banyak sekali bahasa pemrograman yang bisa dikuasai hacker, mulai dari Pyhton, Java, Lisp, Perl hingga C dan C++, adapun masing-masing bahasa pemrograman tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk dikuasai.
Pada era teknologi informasi yang semakin canggih saat ini, dunia ini serasa semakin terhubung tanpa jarak, dikarenakan fasilitas jaringan internet yang semakin merasuk dalam kehidupan seharihari manusia. Hacker juga harus memahami cara kerja jaringan internet. Bahasa Hypertext Markup Language (HTML) harus menjadi semacam ‘bahasa ibu’ bagi komunitas hacker. Bagi seorang hacker tanpa kemampuan tersebut, tetapi kerap sesumbar di forum-forum online, hanyalah ‘tong kosong’ yang bising dan mengganggu. ’Hacker palsu’ ini biasanya akan bernasib tragis dan dapat dipermalukan seumur hidup atau ‘mati’ tanpa pernah diingat. Lebih dari semua tindaktindak dan ciri budaya itu, menjadi seorang hacker berarti memiliki
kemampuan tertentu. Dan kemampuan itu, keahlian itu, tak bisa tergantikan oleh apapun. Keahlian adalah emas bagi para sosok hacker.
Dunia para hacker adalah komunitas ’ada dan tiada’. Anda tak akan menemukan ‘kartu anggota komunitas hacker dunia’ tapi mereka benar-benar ada. Anggotanya diakui oleh sesamanya dan mereka tak peduli apakah orang-orang lain mengakui hal yang sama. Kadang, mereka bahkan tak mau disebut sebagai hacker. Tak ada pimpinan di dunia hacker, baik de faco maupun de jure. Sebagai contoh Linus Torvalds, misalnya meski memimpin pengembangan kernel (bagian paling inti) system operasi Linux, bukan seorang pemimpin komunitas hacker. Jika Linus ’mati’ ada ribuan lain yang siap menggantikannya. Ada satu ungkapan yang cukup terkenal dalam komunitas hacker, ’Show me the code’ artinya tunjukkan padaku kode (pemrograman) yang telah kamu buat. Ungkapan ini menegaskan dua hal bahwa hacker dinilai berdasarkan keahliannya membuat kode program dan bahwa kode program tersebut seharusnya tidak terkunci tapi dapat ditunjukkan pada masyarakat luas.
White-hat hacker, hacker dengan topi putih adalah tokohtokoh yang mengagumkan dari segi pencapaian teknis dan filosofis mereka yang turut mengembangkan budaya hacker di dunia. Inilah tokoh-tokoh yang ikut mendorong banyak revolusi dalam perkembangan dunia komputer dan teknologi informasi yang cukup pesat, antara lain Tim Berners Lee ‘Sang Ksatria Penemu Web’, Linus Torvalds ‘Gerombolan Pinguin yang Menaklukkan Dunia’, Richard Stallman ‘Sang Nabi Kemerdekaan Software’, Fyodor ‘Peta, Kompas dan Hacker’.
©Kapten Laut (KH) Sitho P. Yudhoajie, S.Kom.

Sumber: Wicak Hidayat & Yayan Sopyan (Dibalik Kisah-kisah Hacker Legendaris).
Cakrawala Edisi 412 Tahun 2012

1 komentar: