Sosok hacker memang
banyak menuai kontroversi, adapun makna hacker itu sendiri bisa
bermacam-macam, sesuai perubahan zaman, dengan mengetahui dua sisi hacker,
yaitu sisi pertama adalah mereka yang menggunakan kemampuan teknisnya untuk
mengembangkan dunia teknologi informasi dengan sistem komputer, kelompok ini
kerap disebut dengan istilah white-hat hackers. Sedangkan di sisi lain
adalah mereka yang menggunakan kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu yang
melanggar batas-batas norma dan etika.
Inilah kelompok black-hat hackers,
kelompok yang sangat dekat dengan kejahatan elekronik.
Namun, sebenarnya dunia hacker tidak
bisa dilihat hanya dari sisi hitam ataupun putih, istilah white-hat dan black
hat tidak bisa jadi harga mati. Umumnya seorang yang bergerak di bidang
komputer dan gemar melakukan kreasi dan eksperimen, terutama di bidang keamanan
komputer, lebih cocok dimasukkan dalam golongan grayhat hackers atau
biasa disebut hacker topi kelabu. Karena itu banyak sudut pandang yang
dapat dilihat dari sosok hacker secara utuh dan memahaminya tanpa
prasangka lagi. Bahkan etos hacker sebenarnya merupakan sesuatu yang
layak untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, selama koridor etikanya
dipenuhi. Mendefinisikan hacker sebenarnya bagaikan mencoba membuat
semua orang tersenyum pada saat yang sama, dimana sebuah pekerjaan yang sulit
untuk dilakukan dengan satu cara saja. Itu sebabnya tak pernah ada hanya satu
definisi untuk sosok hacker. Definisi hacker umumnya terkait
dengan kemampuan teknis, kesukaan untuk menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu
serta melampai batasan-batasan yang ada, baik dalam diri sendiri maupun dari
lingkungan kehidupan seharihari.
Dalam kamus yang lebih banyak dimengerti orang
awam, karena ditegaskan penggunaannya oleh media massa, hacker diartikan
sebagai penjahat yang menggunakan perangkat sistem komputer (cybercrime).
Asal-usul kata hacker mungkin tak ada kaitannya dengan kejahatan, tetapi
fakta di masyarakat serta opini public bahwa istilah hacker telah
begitu terkait dengan kejahatan, sehingga orang lebih mudah menyebut hacker adalah
seorang penjahat yang menggunakan kemampuan komputer daripada istilah lain.
Adapun dalam komunitas hacker, hacker yang bukanlah sebagai penjahat,
melainkan istilah penjahat komputer disosialisasikan dengan sebutan cracker.
Menurut mereka perbedaannya sederhana, hacker membuat sesuatu,
sedangkan cracker menghancurkan atau merusaknya.
Lebih lanjut dalam sosok seorang yang diakui
sebagai hacker, baik dalam arti baik maupun buruk, selalu seseorang yang
memiliki kemampuan ‘menakjubkan’ bagaikan ahli-ahli kungfu dan ahli berperang
dalam ceritacerita silat dari mandarin, seorang hacker dengan kemampuan tertinggi
biasanya justru tidak sesumbar. Hacker paling tidak harus menguasai
lebih dari satu bahasa pemrograman, banyak sekali bahasa pemrograman yang bisa
dikuasai hacker, mulai dari Pyhton, Java, Lisp, Perl hingga C dan
C++, adapun masing-masing bahasa pemrograman tersebut membutuhkan waktu
yang tidak sedikit untuk dikuasai.
Pada era teknologi informasi yang semakin
canggih saat ini, dunia ini serasa semakin terhubung tanpa jarak, dikarenakan
fasilitas jaringan internet yang semakin merasuk dalam kehidupan seharihari manusia.
Hacker juga harus memahami cara kerja jaringan internet. Bahasa Hypertext
Markup Language (HTML) harus menjadi semacam ‘bahasa ibu’ bagi komunitas hacker.
Bagi seorang hacker tanpa kemampuan tersebut, tetapi kerap sesumbar
di forum-forum online, hanyalah ‘tong kosong’ yang bising dan mengganggu.
’Hacker palsu’ ini biasanya akan bernasib tragis dan dapat dipermalukan
seumur hidup atau ‘mati’ tanpa pernah diingat. Lebih dari semua tindaktindak dan
ciri budaya itu, menjadi seorang hacker berarti memiliki
kemampuan tertentu. Dan kemampuan itu, keahlian itu, tak bisa tergantikan
oleh apapun. Keahlian adalah emas bagi para sosok hacker.
Dunia para hacker adalah komunitas ’ada
dan tiada’. Anda tak akan menemukan ‘kartu anggota komunitas hacker dunia’
tapi mereka benar-benar ada. Anggotanya diakui oleh sesamanya dan mereka tak peduli
apakah orang-orang lain mengakui hal yang sama. Kadang, mereka bahkan tak mau disebut
sebagai hacker. Tak ada pimpinan di dunia hacker, baik de faco
maupun de jure. Sebagai contoh Linus Torvalds, misalnya meski
memimpin pengembangan kernel (bagian paling inti) system operasi Linux,
bukan seorang pemimpin komunitas hacker. Jika Linus ’mati’ ada
ribuan lain yang siap menggantikannya. Ada satu ungkapan yang cukup terkenal dalam
komunitas hacker, ’Show me the code’ artinya tunjukkan padaku
kode (pemrograman) yang telah kamu buat. Ungkapan ini menegaskan dua hal bahwa hacker
dinilai berdasarkan keahliannya membuat kode program dan bahwa kode program
tersebut seharusnya tidak terkunci tapi dapat ditunjukkan pada masyarakat luas.
White-hat hacker, hacker dengan topi putih adalah tokohtokoh yang mengagumkan dari segi
pencapaian teknis dan filosofis mereka yang turut mengembangkan budaya hacker
di dunia. Inilah tokoh-tokoh yang ikut mendorong banyak revolusi dalam perkembangan
dunia komputer dan teknologi informasi yang cukup pesat, antara lain Tim
Berners Lee ‘Sang Ksatria Penemu Web’, Linus Torvalds ‘Gerombolan
Pinguin yang Menaklukkan Dunia’, Richard Stallman ‘Sang Nabi Kemerdekaan
Software’, Fyodor ‘Peta, Kompas dan Hacker’.
©Kapten Laut (KH) Sitho P. Yudhoajie, S.Kom.
Sumber: Wicak Hidayat & Yayan Sopyan (Dibalik Kisah-kisah Hacker
Legendaris).
Cakrawala
Edisi 412 Tahun 2012
nice info makasih sudah share kak
BalasHapusMobil Truk Indonesia