Sabtu, 24 November 2012

Sekelumit tentang Fotografi Bawah Air


Pada dasarnya saya adalah seorang penyelam yang dididik Sekolah Penyelaman Angkatan Laut  pada Tahun 1991 di Kodikal Surabaya, seiring waktu berjalan setelah ditugaskan di berbagai satker, sebagai penyelam kapal-kapal survey Dishidros, Satlambair Dispotmar dan pada akhirnya ditugaskan di Dispenal sebagai panitia pemecahan rekor selam tingkat dunia.

Apa itu peliputan bawah air?

Peliputan bawah air adalah suatu kegiatan peliputan yang dilaksanakan di bawah air dengan menggunakan peralatan khusus seperti foto atau video bawah air. Pada awalnya memang ada sedikit keraguan tetapi setelah mulai ditekuni ternyata sungguh mengasyikan dan bisa dibilang setelah mencobanya kita menjadi ketagihan. Coba anda bayangkan kita berenang, menyelam sambil berfoto ria didalam aquarium raksasa tanpa batas. Benar-benar kita dapat menyaksikan secara langsung ciptaan Allah SWT yang Maha Agung, begitu indahnya alam bawah air yang beraneka ragam jenis ikannya, warna dan coraknya begitu menggoda, ribuan bahkan jutaan berbagai jenis ikan-ikan hias mengelilingi kita. Karena pekerjaan saya sebagai Instruktur Selam yang ditugaskan di Dispenal, maka saya memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan hobi ini tanpa perlu merogoh kocek terlalu dalam.

Peralatan fotografi bawah air seperti apa?
Peralatan fotografi bawah air sebenarnya hanyalah sebuah kamera “darat” yang dilengkapi housing (rumah kedap air). Sekarang banyak kamera poket yang memiliki housing bawah air seperti ini. Kamera poket standar yang banyak di jual sebenarnya sudah dapat digunakan mengambil gambar di bawah air, walaupun hanya efektif untuk mengambil gambar dengan ukuran subjek sekitar 3-15 cm dengan jarak pemotretan sekitar 5-30 cm.
Penggunaan kamera poket untuk pemotretan macro adalah jenis underwater fotografi yang paling mudah dilakukan. Dengan memilih subjek yang relatif tidak bergerak, si fotografer hanya perlu mengatur intensitas cahaya serta mendekati subjek, memfokus dan memotret. Apabila subjeknya aktif bergerak, pemotretan ini menjadi semakin sulit.
Kamera poket standar ini juga lumayan apabila digunakan untuk pemotretan silhouette. Untuk pemotretan wide angle, kamera poket dapat dilengkapi tambahan lensa didepannya serta perlu menggunakan external flash. Resiko vignet biasanya menjadi kendala apabila kamera poket dipakai untuk potret wide angle dengan menggunakan lensa tambahan. Pengaturan white balance yang optimal serta penambahan filter merupakan pilihan untuk mengurangi warna biru yang sangat dominan pada foto wide angle.

Apa Kendala Fotografi Bawah Air?
Untuk menekuni fotografi bawah air, diperlukan skill dan pengetahuan yang sedikit berbeda dengan fotografi darat. Seorang fotografer bawah air memiliki waktu yang sangat terbatas di dalam setiap sesi foto. Waktu penyelaman sangat tergantung dari kedalaman, tekanan tabung selam yang dibawa serta kondisi lingkungan dan kondisi tubuh si fotografer (misalnya kalau menyelam di daerah berarus, tentunya akan lebih cepat menghabiskan udara, penyelaman yang makin dalam juga menghabiskan banyak udara serta terbatas waktunya dengan perhitungan dekompresi dan resiko nitrogen narkosis).
Seorang fotografer bawah air mutlak haruslah seorang certified diver. Pada saat kursus menjadi certified diver inilah, si calon fotografer akan mempelajari kaidah-kaidah penyelaman yang aman dan juga ketrampilan yang dibutuhkan selama penyelaman. Setiap fotografer yang belum pernah memotret di bawah air mungkin sulit membayangkan, bahwa kendala pertama dan terbesar dari pemotretan di bawah air adalah stabilitas fotografer pada saat mengambil gambar.
Didarat kita bisa berdiri, bahkan bisa menggunakan tripod sehingga stabil. Dibawah air kita senantiasa “terbang” dan tidak bisa mendapatkan pijakan yang solid. Kita harus dapat memotret dalam keadaan sambil “melayanglayang”. Bisa dibayangkan bagaimana kita mengambil sebuah gambar yang bergerak dan pada saat yang bersamaan kita juga tidak stabil.
Untuk foto macro, kita masih bisa “berdiam” di dasar (tentunya sambil memperhatikan sekeliling sehingga tidak merusak terumbu karang, terkena binatang laut berbahaya, atau mengadukaduk pasir sehingga merusak jarak pandang). Pemotretan macro yang dilakukan sambil melayang merupakan tantangan tersendiri. Untuk wide angle, juga sebagian dilakukan sambil melayang. Untuk mengatasi kendala pertama tersebut, seorang fotografer bawah laut wajib hukumnya memiliki ketrampilan “buoyancy” yang baik. Semakin baik skill buoyancy ini, semakin stabil pula si fotografer di bawah air.

Warna di Bawah Air
Air adalah filter raksasa, sebuah filter yang mampu menyerap gelombang cahaya matahari. Hal ini menyebabkan reproduksi warna di bawah air menjadi kendala tersendiri. Pada kedalaman sekitar 3-5 m, kita sudah hampir kehilangan warna merah, selanjutnya semakin dalam menyelam, warna-warna jingga, kuning, hijau dan seterusnya juga menghilang. Pada kedalaman sekitar 20 m, tanpa flash kita hanya akan merekam warna biru saja. Hal ini diperburuk apabila kondisi airnya keruh. Aturan yang paling penting di dalam usaha memproduksi warna di bawah air adalah “mendekatlah ke subjek, semakin dekat semakin baik, kalau anda sudah merasa dekat, artinya anda masih kurang dekat” sedekat apa kita dengan subjek pada kenyataannya sangat dipengaruhi oleh lensa yang digunakan, komposisi yang diinginkan serta kondisi lingkungan dan subjek yang akan dipotret dan juga tentunya keterampilan kita di bawah air.
Partikel di air juga menjadi tantangan tersendiri. Sudut penggunaan flash yang salah akan menyebabkan makin banyaknya partikel yang ikut terekam pada gambar, sehingga timbul titik-titik partikel yang disebut back scatter. Back scatter dapat diminimalisasi dengan penempatan sudut flash secara tepat, namun kadangkadang masih juga terekam apabila kita memotret pada kondisi air yang kurang jernih.
Untuk pemotretan macro, back scatter ini biasanya tidak terlalu mengganggu. Semakin wide, back scatter ini akan makin mengganggu.

Fotografi Model di Bawah Air
Fotografi bawah air dengan menggunakan model (di laut tanpa peralatan apapun) juga merupakan tantangan tersendiri. Fotografi jenis ini baru sangat baru di Indonesia, dan pula sangat jarang dijumpai di dunia. Hal ini tidaklah mengherankan, kesulitan yang timbul pada sesi pengambilan gambar bawah air dengan model menjadi berlipat-lipat, kesulitan ini tidak hanya pada setting lokasi, namun juga pada fotografer, crew dan juga modelnya. Seorang model bawah air yang baik harus memiliki mental dan fisik yang kuat ditunjang pengetahuan dan ketrampilan serta “watermanship” yang baik.
Membuat seorang model yang mampu berpose secara natural dibawah air tanpa peralatan apapun merupakan tantangan yang tidak mudah serta dibutuhkan latihan yang terus menerus. Kekuatan sebuah foto jenis ini adalah bagaimana menggabungkan antara ekspresi model yang sangat natural dengan suasana keindahan dasar laut yang berwarna warni dan kaya akan ikan-ikan.
Di darat mudah bagi kita untuk mengarahkan si model, namun di bawah air hal ini menjadi kendala tersendiri, kita harus berinteraksi dengan model hanya dengan mengandalkan “hand signal”. Walaupun dipasaran dijual alat komunikasi bawah air, namun harganya cukup mahal. Biasanya model bawah air (di laut khususnya) di potret dengan menggunakan peralatan scuba lengkap.
Pemotretan model di bawah air (di laut) pada kedalaman lebih dari 2 meter tanpa menggunakan scuba memerlukan keterampilan yang harus dilatih secara khusus, hal ini disebabkan meningkatnya resiko bagi si model, terutama resiko tenggelam (air masuk ke paruparu) atau bahkan pecahnya paruparu, keduanya bisa menimbulkan kematian. Persiapan pemotretan jenis ini harus direncanakan secara teliti termasuk melatih model untuk berinteraksi dengan safety diver serta dengan fotografernya. Dalam hal ini si fotografer hanya memiliki waktu yang sangat sempit untuk mengambil gambar model pada setiap posenya dan harus mampu menjadi “pagar pengaman” terakhir apabila safety diver  yang ditugaskan gagal melaksanakan tugasnya. Kecuali anda punya safety diver yang banyak. Sesi pemotretan model bawah laut (tanpa peralatan) harus memenuhi syarat keselamatan 3 lapis, yaitu: lapis pertama adalah kemampuan model untuk beraktifitas di bawah air dengan tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang optimum (pengetahuan dan keterampilan ini tidak sama dengan yang diajarkan pada kursus scuba pada umumnya), Lapis kedua adalah kemampuan safety diver untuk mengenali tanda-tanda “khusus” yang mungkin membahayakan di model, lapis terakhir adalah kemampuan fotografer sebagai “pagar pengaman terakhir”, apabila model maupun safety diver gagal mengantisipasi masalah, fotografer harus mampu mengambil tindakan keamanan untuk mencegah timbulnya kecelakaan alias zero accident.
Demikian berkembangnya kegiatan fotografi bawah laut, diharapkan setiap lapisan masyarakat bisa membantu melestarikan alam bawah air, yang mana pada saat ini menghadapi ancaman serius dari akibat tindakan manusia. Kalau anda berminat bagaimana menyelam dalam air atau mempunyai kenangkenangan berpose di dalam air dapat menghubungi Dispenal 021-8723306.
Salam bahari. ©Serma Kom Rudi Hartanto

1 komentar: